Sebab aku tak pernah bisa menyebut namamu, kekasih. Tidak di mulut dan tulisanku. Padahal tidak ada sekat yang membatasi. Aku hanya mengulum malu saja.
Sepertinya ini adalah sakit yang menahun. Sejak dulu aku selalu begitu. Jadi bukan karena aku tak rela memuisikan namamu, kekasih. Ini hanyalah gigil-gigil di tanganku yang belum bisa sembuh sempurna.
Begitulah, rasa kagum yang paling besar hanya mampu ku uraikan lewat jelmaan-jelmaan rahasia dikalimatku. Demi agar kau tahu kekasih, kau sudah, sedari dulu menjadi semesta yang riuh di kepalaku.
Sehingga, rahasiaku adalah, dalam tulisanku ku tabung kerinduanku padamu, kecintaanku yang selalu berujung pada sosokmu. Padamu semata.
Advertisements